Banyak faktor yang menyebabkan prevalensi kasus Tuberkulosis (TB) sulit diturunkan. Salah satunya pengobatan TB yang makan waktu enam bulan. Ini yang menyebabkan pasien drop-off dan menghentikan pengobatannya. Spesialis Penyakit Paru Rumah Sakit Persahabatan, DR. Dr. Erlina Burhan, MSc, SpP(K), menyebutkan, bila pengobatan terhenti terjadilah MDR (Multi-Drug Resitant) TB, yaitu kebal terhadap pengobatan lini pertama.

 

Berdasarkan hasil laporan WHO, Indonesia berada di peringkat 8 dari 27 negara dengan beban TB MDR terbanyak di dunia dengan perkiraan jumlah pasiennya 6.800 jiwa atau 2 persen dari kasus baru dan 12 persen dari kasus pengobatan ulang. “Jadi, jika mengacu target WHO, kemungkinan Indonesia baru bebas TB pada 2187,” kata Erlina Burhan dalam diskusi bertajuk Indonesia Bebas TB: Inovasi Dalam Pengobatab Multi drug Resitant TB di The Ritz-Carlton Hotel Mega Kuningan, Jakarta Selatan, pada Jumat (27/3/2015).

 

Erlina Burhan menjelaskan, pengobatan TB yang memerlukan waktu lama minimal enam bulan menyebabkan banyak pasien TB yang drop off di tengah pengobatan dan tidak meneruskan pengobatannya. Akibatnya kuman menjadi resisten. Padahal ketika pasien TB menjadi MDR TB, pengobatannya akan lebih lama (2 tahun) dengan jenis obat yang lebih banyak dan tentunya efek samping obat yang semakin berat.

 

Oleh karena itu, lebih baik mencegah terjadinya MDR TB dengan cara mengobati TB sampai benar-benar sembuh (6 bulan). Atau jika sudah terlanjur MDR TB, segeralah berobat. Sebenarnya penanggulangan TB dunia sudah pesat, antara lain ditemukan diagnosa yang lebih baik, vaksin dan obat-obat baru. Semuanya masih dalam tahap penilitian. Kemkes berharap tahun ini dua obat Tb baru akan mulai diteliti di Rumah sakit persahabat.

 

Ke depan, Organisasi kesehatan dunia (WHO) memiliki sejumlah program; pada 2015 akan menurunkan prevalensi Tuberkulosis (TB) dan kematian akibat TB sampai 50 persen dibanding pada 1990, serta pada 2050 menurunkan insiden TB hingga 1 kasus per 1 juta penduduk per tahun dan menjadikan TB tidak lagi menjadi masalah kesehatan masyarakat. Jadi, jika penduduk Indonesia berjumlah 400 juta jiwa, maka kasus TB di sini jumlahnya hanya 400 setiap tahun.

 

 

Sumber : Liputan6health.com